Nama : Mega Silvya Eka Nilasari
NPM : 24210314
Kelas : 3eb21
Jati diri—atau yang
lazim juga disebut identitas—merupakan ciri khas yang menandai
seseorang, sekelompok orang, atau suatu bangsa. Jika ciri khas itu menjadi
milik bersama suatu bangsa, hal itu tentu menjadi penanda jati diri bangsa
tersebut. Seperti halnya bangsa lain, bangsa Indonesia juga memiliki jati diri
yang membedakannya dari bangsa yang lain di dunia. Jati diri itu sekaligus juga
menunjukkan keberadaan bangsa Indonesia di antara bangsa lain. Salah satu
simbol jati diri bangsa Indonesia itu adalah bahasa, dalam hal ini tentu bahasa
Indonesia. Hal itu sejalan dengan semboyan yang selama ini kita kenal, yaitu
“bahasa menunjukkan bangsa”.
Setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati
diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan
simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus senantiasa
kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita
kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern
yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih
dalam era global seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal
yang amat penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan
keberadaannya di antara bangsa lain di dunia. Namun, bagaimana kondisi
kebahasaan kita sebagai jati diri bangsa saat ini?
Kalau kita lihat secara cermat, kondisi kebahasaan
di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, terutama penggunaan bahasa
Indonesia di tempat umum, seperti pada nama bangunan, pusat perbelanjaan, hotel
dan restoran, serta kompleks perumahan, sudah mulai tergeser oleh bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Tempat yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia
itu mulai banyak yang menggunakan bahasa yang tidak lagi menunjukkan jati diri
keindonesiaan. Akibatnya, wajah Indonesia menjadi tampak asing di mata masyarakatnya
sendiri. Kondisi seperti itu harus kita sikapi dengan bijak agar kita tidak
menjadi asing di negeri sendiri.
Di sisi lain, kita juga melihat sikap sebagian
masyarakat yang tampaknya merasa lebih hebat, lebih bergengsi, jika dapat
menyelipkan beberapa kata asing dalam berbahasa Indonesia, padahal kosakata
asing yang digunakannya itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya,
sebagian masyarakat lebih suka menggunakan kata di-follow up-i, di-pending,meeting,
dan on the way. Padahal, kita memiliki kata ditindaklanjuti untuk
di-follow up-i, kataditunda untuk di-pending, pertemuan atau rapat untuk meeting,
dan sedang di jalan untuk on the way, lalu mengapa
kita harus menggunakan kata asing? Sikap yang tidak “menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia itu, harus kita kikis karena kita harus
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai simbol jati diri bangsa.
Tidak seharusnya kita membiarkan bahasa Indonesia
larut dalam arus komunikasi global yang menggunakan media bahasa asing seperti
itu. Jika hal seperti itu kita biarkan, tidak tertutup kemungkinan jati diri
keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun akan pudar, bahkan tidak tertutup
kemungkinan terancam larut dalam arus budaya global. Jika hal itu terjadi,
jangankan berperan di tengah kehidupan global, menunjukkan jati diri
keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun kita tidak mampu. Kondisi seperti
itu tentu tidak akan kita biarkan terjadi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
upaya agar jati diri bangsa kita tetap hidup di antara bangsa lain di dunia.
Dalam konteks kehidupan global seperti itu, bahasa Indonesia sesungguhnya
selain merupakan jati diri bangsa, sekaligus juga merupakan simbol kedaulatan
bangsa.
Selain bahasa Indonesia, sastra Indonesia juga
merupakan bagian dari simbol jati diri bangsa. Hal itu karena sastra pada
dasarnya merupakan pencerminan, ekspresi, dan media pengungkap tata nilai,
pengalaman, dan penghayatan masyarakat terhadap kehidupan sebagai suatu bangsa.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang terungkap dalam karya sastra Indonesia
pada dasarnya juga merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia.
Jika sebagai suatu bangsa, salah satu simbol jati
diri kita adalah bahasa dan sastra Indonesia; sebagai anggota suatu komunitas
etnis di Indonesia, simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra daerah.
Sebagai unsur kekayaan budaya bangsa, seni budaya,
adat istiadat atau tradisi, tata nilai, dan perilaku budaya perlu dilestarikan
dan dikembangkan sebagai simbol yang dapat mencerminkan jati diri bangsa, baik
dalam kaitannya dengan jati diri lokal maupun jati diri nasional. Satu hal lagi
yang dapat menjadi simbol jati diri adalah kearifan lokal.
Untuk memperkuat jati diri itu, baik yang lokal
maupun nasional, diperlukan peran serta berbagai pihak dan dukungan aturan
serta sumber daya yang memadai. Peran serta masyarakat juga sangat diperlukan
dalam memperkuat jati diri bangsa itu. Dengan jati diri yang kuat, bangsa kita
akan makin bermartabat sehingga mampu berperan—bahkan juga bersaing—dalam
kancah kehidupan global.
bahasa indonesia memang perlu dibina
BalasHapusWinStar World Casino and Resort - JamBase
BalasHapusThe WinStar World Casino and 나주 출장샵 Resort is located in 전라남도 출장마사지 Hanover, Maryland, and is open daily 24 hours. The 안산 출장마사지 casino's 160000 square 남양주 출장안마 foot gaming space 여수 출장샵