Pemerintahan Yudhoyono yang dipimpin sepanjang lima tahun berkuasa SBY mampu membalikan kondisi ekonomi yang mengalami penurunan apresiasi publik manjadi meningkat secara drastis hanya satu tahun terakhir dimasa kekuasaannya. Popularitas pemerintah sepanjang lima tahun berkuasa sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dihasilkan oleh ekspresi kepuasan publik terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sepanjang tahun 2010.
Fakta menunjukkan bahwa apresiasai publik terhadap kinerja pemerintahan di bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial cenderung lebih rendah dibandingkan dengan apresiasi terhadap bidang-bidang lainnya. Relatif lebih rendahnya apresiasi publik ini terjadi pada setiap penetapan kebijakan tidak populer, seperti “income per kapita 3000 dollar AS ternyata memengaruhi pola konsumsi masyarakat,” kata Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi.
Meningkatnya pendapatan per kapita menjadi 3000 dollar AS ternyata memberikan pengaruh yaqng kuat dengan pola konsumsi masyarakat. masyarakat pun lebih cenderung memilih beras yang pulen atau premium untuk konsumsi sehari-hari dibandingkan beras biasa.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2010 menunjukan kondisi yang solid, bisa mencapai 6,1 persen lebih tinggi dari perkiraan pemerintah sebesar 5,8 persen meskipun dilanda tingkat inflasi yang tinggi pula sebesar 6,96 persen.
Oleh karena itu, bisa terlihat dari pencapaian pendapatan perkapita yang naik 13 persen, yang secara histori pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang mencapai 6,1 persen membuat pendapatan per kapita naik menjadi 27 juta rupiah atau setara dengan 3000 dollar AS, tahun 2009, PDB per kapita 24,3 juta rupiah atau setara dengan 2.590,1 dollar AS, tahun 2008 PDB per kapita 21,7 juta atau senilai 2.269,9 dollar AS, sedangkan pada 2007 hanya 1.964,3 dollar AS.
Menurut BPS, pada 2010, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 56,7 persen, konsusmsi pemerintah 9,1 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 32,2 persen, dan ekspor 24,6 persen sedangkan untuk penyediaan dari impor sebesar 23,0 persen.
Selain itu, terhadap tiga sektor utama penyumbang peningkatan PDB, yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, serta hotel dan restoran. Ketiga sektor ini mempunyai peranan sebesar 53,8 persen pada 2010.
“Tern (pergeseran konsumsi beras) ini benar-benar terjadi di kalangan masyarakat. pasalnya, ketika pendapatan mengalami kenaikan, maka pola konsumsi juga mengikuti lebih meningkat,” kata Bayu.
Secara kuantitatif, kegiatan-kegiatan di sektor sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan kegiatan sektor primernya lebih diperankan oleh luar Jawa.
Sumber : Surat Kabar Koran-Jakarta Kompas.